Minggu, 13 Juni 2021

Psikologi perkembangan anak

Muhammad Rifqi Arif

191310004235

4pai a8



PENDAHULUAN


Mendambakan sesuatu yang baik dan sempurna memerlukan adanya  proses yang cukup panjang untuk mewujudkannnya. Misalnya tumbuhan, untuk menjadikan tumbuhan itu tumbuh segar dan subur, maka tidak terlepas dari pemeliharaannya sejak awal yakni bermula dari memilih bibit, menanam, merawat, dan membesarkannya hingga kemudian dapat dipetik hasilnya.Sama halnya ketika orang tua menginginkan anaknya sehat, pintar dan berbakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya maksimal untuk mendapatkannya melalui proses panjang yang tidak mudah. 

Pertama, menentukan pasangan hidup secara selektif sebagai sarana penentu bagi terciptanya bibit manusia produktif yang dapat memberikan kemanfaatan dalam kehidupan sosial. 

Dengan selektifitas itu pula akan dengan mudah untuk berkomitmen dalam  menjaga keutuhan keluarga. Senada dengan penjelasan Agoes Dariyo, yang  terpenting dalam pernikahan adalah upaya mempertahankan keutuhan hubungan pasangan suami istri dan memelihara anak-anak sampi tumbuh menjadi orang yang dewasa dan bertanggung jawab. (Agoes Dariyo, 2007:69) Jika seleksi itu tidak dilakukan, bisa saja perceraian akan terjadi  disebabkan adanya ketidak-cocokan di antara keduanya. Tentu hal ini akan sangat berpengaruh terhadap terhadap proses perkembangan anak. Perceraian (divorce) hanya menambah masalah, karena setelah orang tua bercerai biasanya anak-anak menjadi terlantar dan tidak terurus dengan baik. Anak akan menderita secara psikologis, sedih, kecewa, depresi dan tidak nyaman hidup di tengah masyarakat. (Ali Qoimi, 2002:30)

Oleh karenanya, orang tua wajib melaksanakan hak dan kewajiban sesuai perjanjian yang telah disetujui bersama dan menjaga agar rumah tangga terhindar dari berbagai guncangan serta menyiapkan sarana bagi pertumbuhan, perkembangan dan kebahagiaan anak-anak. 

Kedua, memahami proses kehamilan dan perubahan-perubahan pada anak baik secara fisik maupun psikis agar tidak menimbulkan hal-hal yang  dapat menghambat pertumbuhannya selama masa penentuan itu dan memiliki kesiapan mental terutama bagi sang ibu untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan  positif di saat kehamilannya.

Berkaitan dengan hal itu, Ubes Nur Islam berpendapat bahwa yang lebih penting bagi orang tua, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan pralahir, yaitu bahwa bayi pralahir memiliki potensi besar untuk menerima dan menggapai semua stimulasi dan sensasi yang diberikan oleh orang tuanya. (Ubes Nur Islam, 2007:25)

Ketiga, mapan secara finansial untuk memenuhi kebutuhan si kecil baik gizi, pakaian dan segala sesuatu yang bisa menjamin kenyamanan hidup anak. Kebutuhan penting dan awal bagi manusia sejak masa kelahiran sampai kematiannya adalah kebutuhan jasmani, boleh jadi seseorang yang tak dapat merasakan keceriaan masih dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembang, meskipun tak kan sempurna, akan tetapi jika kebutuhan jasmaninya tidak terpenuhi maka ia taka kan mampu melangsungkan kehidupannya. (Ali Qoimi, 2007:107)




BAB II

PEMBAHASAN

A. sebagai karunia dari Allah yang sekaligus merupakan amanah, harus diapresiasi dengan rasa syukur mendalam yang diimplementasikan dalam bentuk ketulusan merawat dan membimbingnya menjadi pribadi tangguh, memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan agar tertanam di dalam dirinya keimanan yang kuat untuk meyakini sepenuhnya terhadap adanya sang pencipta seluruh alam beserta keajaiban-keajaibannya. Tiada sesuatu pun yang diciptakan oleh Allah yang tidak memiliki orientasi jelas dalam rangkaian fenomena kehidupan ini, melainkan terdapat tujuan yang dapat mendukung terhadap bergulirnya kehidupan sesuai dengan kebutuhan masing-masing ciptaan yang ada di alam semesta ini. Misalnya manusia, ia diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kapasitas kemuliaan yang lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya, disebabkan ia memiliki akal sehingga ia diamanahi untuk mengurusi alam sebagai upaya menstabilkan kondisi alam tersebut, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an di saat Dia berkomunikasi dengan para malaikat :

Perkembangan Janin Masa Konsepsi Perkembangan pada manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan,  yaitu pada pembuahan telur oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum) wanita, terjadilah konsepsi.

Helda Nur Ania Psikologi Perkembangan Anak Jurnal Pendidikan Islam Al I‟tibar,(Vol.2,No.1), h.38-55 41

Artinya: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? “Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui”(Q.S. Al-Baqarah: 30).

Jika dibahas dalam tiga tahap (tahap geminal, tahap embrio dan tahap fetus) seperti, maka perkembangan janin tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Aliah B. Purwakania Hasan (Purwakania Hasan, 2007:76-78) adalah sebagai berikut:

  • Tahap Germinal (Pra-embrionik)

Tahap germinal atau tahap praembrionik merupakan awal dari  kehidupan manusia. Proses ini dimulai ketika sperma melakukan penetrasi terhadap telur dalam proses pembuahan, yang normalnya  terjadi akibat hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan, pada tahap ini zigot dibentuk.

  • Tahap Emrbrio

Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, berlangsung lima setengah minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar masih jauh berbeda disbanding kan manusia dewasa, beberapa bentuk seperti mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali.

  • Tahap FetalM

Memasuki tahap ketiga dari dari kehamilan, embrio disebut fetus. Tahap ini berlangsung sekitar 30 minggu, mulai dari minggu kedelapan kehamilan dan berakhir sampai saat lahir. Dalam tahap ini, wajah, tangan, dan kaki dari fetus mulai terlihat berbeda dan fetus tampak dalam bentuk manusia. Selain itu, otak juga telah terbentuk, dan mulai menjadi lebih kompleks dalam beberapa bulan. Dalam tahap fetal bentuk manusia telah dapat dikenali, berbeda daripada tahap embrio yang lebih  menyerupai segumpal daging. 

  • Perkembangan Anak

Mengenai perkembangan anak, Ibnu Qayyim memulai menjelaskannya dari kondisi bayi yang masih dalam keadaan lemah, di mana bayi mengalami keadaan yang sama sekali baru ia hanya bisa menangis setelah berbulan-bulan berada di dalam rahim ibunya. Menurutnya keadaan lemah itu dialaminya dikarenakan terpisahnya ia dari kebiasaan dan

harmonis dengan sang anak. Seorang bapak yang agung akan mendekap anaknya, mencium dan bercanda dengannya, serta sabar atas kesalahan anaknya. Dan sikap keduanya (bapak dn ibu) itu harus dilakukan dalam kerangka mencari keridhaan Allah.

Membiasakan anak dengan etika yang baik (Berakhlaqul Karimah)

Memilih dan menerapkan pola pengasuhan (parenting style) adalah penting dilakukan oleh orang tua untuk pengembangan kepribadian diri pada anak dalam keluarga. Agoes Dariyo menyatakan, masing-masing keluarga dapat memilih jenis pola pengasuhan yang sesuai dengan karakteristik keluarganya sendiri, tetapi hal yang terpenting dalam pengasuhan terhadap anak-anak adalah menggunakan aspek komunikasi dua arah antara 

orang tua dengan anak-anakPendidik terpenting bagi anak adalah orang tua, orang tua adalah orang dewasa dimana mereka harus menyesuaikan diri mereka dengan 

  • pribadi anak. 

Menerima watak anak dan memahami bentuk-bentuk perilaku anak dan menghasilkan kesesuaian, empati antara orang tua dan anak. Anak merupakan amanah bagi orang tua. Allah menjadikan manusia dengan target manusia beribadah pada-Nya dan menjadi khalifah di muka bumi. Oleh karena itu peran seorang pendidik adalah sosok arsitektur pembentuk jiwa dan watak anak didik yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa serta membangun segala potensi anak didik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

  • Hakikat Perkembangan

Term ini merupakan inti pokok ulasan mengenai perkembangan manusia yang dianalisis secara tajam oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Sebuah ajakan kontemplatif yang patut diapresiasi sebagai sandaran pemahaman untuk menemukan hakikat diri setiap manusia; dari apa dan untuk apa ia diciptakan, serta kemana ia akan dikembalikan.Piaget dengan teori yang dicetuskannya yaitu teori kognitif yang didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak tempat sebelumnya. Berpandangan pada hal tersebut, penulis juga ingin menukil pendapat Zulkifli, bahwa bayi yang baru lahir merupakan makhluk kecil yang tidak berdaya; kelangsungan hidupnya bergantung pada belas kasihan dan pertolongan orang lain. Untuk kelangsungan hidup itu, alam membekali dua kepandaian yang disebut insting yaitu insting mengisap dan menangis. (Zulkifli, 2006:6)F.J. Monk, A.M.P., Knoers, dan Siti Rahayu Hadinoto juga menjelaskan bahwa bayi yang baru dilahirkan menunjukkan banyak gerak refleks. Masa ini kurang ada perkembangan psikologis yang menarik karena anak hanya melakukan tingkah laku -tingkah laku yang instinktif. 

Penelitian-penelitian dilakukan mengenai tingkah laku instinktif apa saja yang dilakukan oleh anak pada hari-hari pertama sesudah dilahirkan. Diketemukan bahwa 7% waktunya digunakan untuk maka, jadi reaksi yang positif, 1% untuk tingkah laku spontan dan kurang lebih 88% untuk tidur atau semacamnya. Hal inilah yang menyebabkan bahwa periode ini dulu disebut sebagai periode tidur. (FJ Monk, 2008:59-60)


Hal-Hal yang Mengiringi Perkembangan Anak

Anak dalam perkembangannya memerlukan contoh, dalam Islam percontohan yang diperlukan itu disebut uswah hasanah, atau keteladanan. Keteladan ini pertama kali diperoleh dari lingkungan keluarga. Biasanya seorang anak akan mencontoh perbuatan orang terdekat, orang yang dicintai, orang yang dikagumi, atau orang yang memiliki kewibawaan. (Ahmad Kholil, 2006:380)Ibnu Qayyim yang tercatat sebagai ulama mahir di segala bidang, pun menjelaskan kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anaknya, sedemikian rinci tugas pokok orang tua dalam mendidik anak telah diuraikannya, oleh karena dalam uraian ini terdapat beberapa kesamaan maka penulis akan menyederhanakannya menjadi beberapa sub pokok bahasan, yaitu:

Mendidik anak dengan kasih sayang

Ibu yang mulia akan mendidik anaknya melalui kelembutan senyum, tatapan dan bisikannya, yang dengannya ia membangun hubungan yang

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak perspektif 

Ibnu Qayyim Al-Jauziah

Anak dalam perkembangannya mempunyai tugas yang sama dengan usianya. Namun realita dan praktek perkembangan anak berbeda-beda antara anak satu dengan yang lain. hal ini disebabkan perbedaan intelegensi, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial, bakat dan minat anak itu. Oleh karenanya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah-selain develop mentaliskontemporer- juga memberikan penjelasan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Ulasannya adalah sebagai berikut:

  • Faktor hereditas dalam perkembangan anak

Dari penjelasan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengenai pengaruh hereditas, penulis memahaminya bahwa gagasan Ibnu Qayyim memiliki keterkaitan yang erat dengan developmentalis modern yaitu Schopenhauer yang merumuskan bahwa hereditas (totalitas sifat-sifat karakteristik yang dipindahkan dari orang tua ke anak keturunannya) memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan perkembangan tingkah laku seseorang. Yang kemudian aliran ini dikenal dengan sebutan nativisme.M. Jindar Wahyudi pun menjelaskan, bahwa sifat-sifat dan ciri-ciri dari orang tua yang menurun secara genetika kepada anak-anaknya sangat banyak macamnya, namun kadang-kadang muncul sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak berasal dari orang tuanya sendiri tetapi muncul dari jalur ke atas keturunan kedua orang tuanya. (M.Jidar Wahyudi, 2006:82-83)

  • Faktor lingkungan dalam perkembangan anak

Anjuran Ibnu Qayyim agar dalam mengiringi proses perkembangan, setidaknya anak ada dua hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu:

Melantunkan adzandi telinga kanan anak yang baru lahir dan iqomah di telinga kirinya

Berdasarkan penjelasan Ibnu Qayyim, bahwa mengumandangkan adzan pada telinga kanan bayi, yakni suara adzan itu menjadi seruan awal kepada Allah, kepada agama Islam, dan ibadah untuk Allah, untuk mendahului seruan yang dihembuskan setan. Sehingga fitrah yang menjadi pola dasar penciptaan manusia tidak didahului oleh perubahan yang dibuat setan. Atau untuk menghindarkannya dari perubahan yang direncanakan setan, atau untuk hikmah-hikmah lain.

Member nama yang baik pada anak

Dalam hal ini Ibnu Qayyim memberikan penjelasan, bahwa secara kejiwaan orang yang punya nama yang baik akan malu dengan namanya sendiri. Akibatnya, pengaruh namanya akan membawanya untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntutan namanya dan menjauhi amal perbuatan yang berlawanan dengan nafas nama tersebut.

  • Faktor ketentuan Allah dalam perkembangan anak

Faktor inilah yang memantau dan menjaga besarnya kekuatan alam dan pengasuhan yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Hal ini dapat diterapkan pada semua aspek perkembangan. 

Contohnya, perkembangan kognitif bukan semata-mata produk warisan genetik, ataupun semata-mata produk lingkungan. Sebab pada prinsipnya, ia merupakan kehendak dan kekuatan Allah. Sehubungan dengan hal ini, hereditas dan lingkungan 

merupakan media di mana Allah menunjukkan kecenderungan pola dari perkembangan individu. Dengan demikian, kedua faktor ini memiliki batasan dalam memengaruhi kecenderungan psikologi seseorang secara keseluruhan, batasan tersebut telah ditentukan oleh Allah.




BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Psikologi Perkembangan Anak Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Tuhfatul Maudūd bi Ahkāmil Maulūd merupakan psikologi perkembangan yang mengkaji aspek perkembangan manusia khususnya anak dalam perspektif Islam. Dengan demikian, secara umum psikologi perkembangan yang digagas oleh Ibnu Qayyim memiliki kesamaan objek studi dengan psikologi perkembangan, yaitu proses pertumbuhan atau perubahan manusia. Namun, jika psikologi perkembangan membatasi penelitiannya pada objek material saja, maka melalui studi literatur keagamaan, psikologi perkembangan perspektif Ibnu Qayyim ini dapat memperluas ruang lingkup penelitiannya pada kehidupan yang bersifat transendental.

Berbeda dengan psikologi perkembangan lainnya, psikologi perkembangan perspektif Ibnu Qayyim secara fundamental memandang manusia sesuai dengan citranya sebagai khalifah Allah di muka bumi, seperti yang diterangkan dalam al-qur‟an dan hadits sebagai landasan berpikirnya. Misalnya dalam psikologi perkembangan modern, tingkah laku manusia dikaji dan diperlakukan dengan sudut pandang materialistik Barat. Melalui cara ini, manusia secara fundamental dilihat sebagai makhluk materi. Sedangkan spiritualitas atau komponen di dalamnya kurang dihargai atau bahkan diabaikan sepenuhnya. Pengabaian komponen spiritual pada manusia dianggap menjadi perlu karena keberadaannya tidak dapat memenuhi standar empirisme yang kaku, yang menuntut keakuratan dan presis ilmiah.

Psikologi perkembangan perspektif Ibnu Qayyim juga membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.






DAFTAR PUSTAKA


Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, 2001, Tuhfatul Maudūd bi Ahkāmil 

Maulūd, Beirut: Dar al-kitab al-‟Arabi.

Departemen Agama Republik Indonesia, 2002, Al-Qur’an dan 

Terjemahannya, Surabaya: Penerbit Al-Hidayah.

Dewantara, Ki Hadjar, 1962, Bagian Pertama: Pendidikan,Jokjakarta: 

Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Jindar Wahyudi, M., 2006, Nalar Pendidikan Qur’ani, Yogyakarta: Apeiron Philotes.Kholil, Ahmad, 2006, Jurnal “el-Harokah” Studi Islam dan 

Kebudayaan, Manusia di Muka Cermin Ibnu Arabi,tk: t.p, vol.63.

Moleong, Lexi J., 1989, Metodologi Penelitiaan Kualitatif,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Monk, F.J. dkk., 2002, Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam 

berbagai bagiannya,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.____ dan Mudzakir, Jusuf, 2002, Nuansa-nuansa Psikologi Islam,

Jakarta: PT Raja Grafindo.

Musthofa,Yasin, 2007, EQ untuk anak usia dini dalam pendidikan 

Islam,Yogyakarta: Sketsa. Nur Islam, Ubes, 2007, Mendidik Anak dalam Kandungan : 

Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini, Jakarta: Gema Insani, cetakan kelima. 

Pribadi, Sikun, 1981, Menuju Keluarga Bijaksana, Bandung: Yayasan 

Sekolah Isteri Bijaksana. Purwakania Hasan, Aliah B., 2006, Psikologi Perkembangan Islami, 

Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga 

Pascakematian, Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Qaimi, Ali, 2002, Menggapai Langit Masa Depan Anak, Bogor: Penerbit 

Cahaya.Santoso, Mudji, 1996, Hakekat, Peranan, dan Jemis-jenis Penelitian 

pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, dalam Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, 

Malang: Kalimasahada.Sholeh, Moh., 2008, Bertobat Sambil Berobat, Rahasia Ibadah Untuk 

Mencegah dan Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Jakarta: Penerbit Hikmah.

Zainuddin, M., 2004, Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, 

Yogyakarta: Pustaka Pesantren.Zulkifli L., 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERKEMBANGAN SIGMUND FREUD DAN KRITIKNYA

  Muhammad Rifqi Arif 191310004235 4 pai a8 PENDAHULUAN Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Frieberg, kota kecil, di daerah Monar...